Jumat, 05 April 2013

ANAK TUNA DAKSA DAN BINA WICARA TUNADAKSA




A.      Definisi anak tuna daksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).

B.      Karakteristik anak tuna daksa
Mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tuna daksa antara lain:
a. Kelainan perkembangan/intelektual.
b. Gangguan pendengaran.
c. Gangguan penglihatan.
d. Gangguan taktik dan kinestetik.
e. Gangguan persepsi
f. Gangguan emosi.

C.      Implementasi pendidikan anak tuna daksa

Pelayanan Pendidikan bagi anak Tunadaksa, Guru mempunyai peranan ganda disamping sebagai pengajar, pendidik juga sebagai pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain : latihan bicara, fisioterapi, Terapi okupasi dan Hydro Therapy. Anak Tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak
normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya.
Jenis terapi yang dilakukan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
 Rehabilitasi Medik:
·         fisioterapi (terapi fisik) 
·         terapi okupasi
·         terapi wicara
Tujuan utama adalah untuk memperbaiki pola gerakan, fungsi bicara dan bahasa serta tugas-tugas praktis sehari-hari. Terapi Fisik biasanya dimulai pada usia satu tahun, dan dengan tujuan utama mencegah kelemahan dan gangguan pada otot yang dapat menyebabkan pengecilan otot akibat tidak dilakukan aktivitas dan memperbaiki atau menghilangkan kontraktur yang akan menyebabkan otot menjadi kaku dan dalam posisi abnormal. Kontraktur merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi pada anak CP. Tujuan yang lain adalah memperbaiki perkembangan motoriknya. Pada terapi okupasi anak akan dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-had seperti makan, minum, berpakaian, atau mandi, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pengasuhnya.

Terapi Wicara membantu anak mempelajari berkomunikasi secara bervariasi tergantung tingkat gangguan bicara dan bahasanya

D.      Model layanan pendidikan untuk anak tuna daksa
Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi: Sekolah kusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya. Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tuadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental.
2.      TINJAUAN TENTANG BINA WICARA

A.    Pengertian Bina Wicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2000: 134), bina wicara terdiri dari kata bina, dan wicara. Dimana pengertian dari bina adalah usaha, tindakan dari kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan wicara berasal dari kata bicara yang mempunyai arti “bicara”.  
Menurut Henri Guntur Tarigan (1993: 25), dalam buku Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, yang dimaksud berbicara adalah pengucapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan menurut Tarmansyah (1996: 2) dalam buku Gangguan Komunikasi, bicara adalah suatu kemungkinan manusia akan pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat bicara. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latihan bina wicara adalah belajar agar dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan menggunakan alat bicara.  
Bina Wicara dapat juga diartikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk melakukan tindakan kegiatan pembelajaran bicara, yang dalam prakteknya merupakan serangkaian usaha untuk membawa anak didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya dengan berbicara.

B.     Tujuan Bina Wicara

Tujuan bina wicara bagi menurut Edja Sadjaah dan Darjo Sukarja (2003:10) dalam buku “Bina Persepsi Bunyi dan Irama” dikemukakan sebagai berikut:

1)      Agar anak mampu memiliki dasar ucapan agar benar.
2)      Agar anak mampu membentuk bunyi bahasa dengan benar sehingga dimengerti orang lain.
3)      Memberikan keyakinan kepada anak bahwa bunyi atau suara yang diproduksi melalui alat bicaranya harus melalui makna.
4)      Agar anak tuna daksa mampu mengoreksi ucapannya yang salah.
5)      Agar anak tuna daksa mampu membedakan ucapan yang satu dengan yang lain.
6)      Agar anak tuna daksa mampu memfungsikan alat bicaranya yang kaku.

Tujuan yang lainnya dari bina wicara adalah agar anak tuna daksa :
1)      Mengucapkan seluruh bunyi bahasa
2)      Mengucapkan kata, kelompok kata, dan kalimat Bahasa Indonesia
3)      Mengevaluasi bahasanya sendiri berdasarkan pengalaman visual, auditif, dan kinestesis
4)      Mengatur alat ucapnya demi perbaikan dan peningkatan mutu bicara
5)      Memilih kata dan kelompok kata yang tepat
6)      Senang menggunakan cara bicaranya dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain
7)      Senang mengadakan evaluasi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta berusaha meningkatkan kemampuan bicaranya

Tujuan dari terapi wicara-bahasa adalah untuk meningkatkan komunikasi yang disengaja melalui ekspresi ide, mendapatkan keinginan, berbagi informasi dan interaksi interpersonal. Bahasa adalah sarana komunikasi yang dicapai.

Komponen bahasa termasuk tetapi tidak terbatas pada:
·         pemahaman / ekspresi verbal
·         wajah / manual gerak
·         Nada suara
·         Orientasi tubuh
Dalam rangka untuk menggunakan pengetahuan bahasa kita isi (kosa kata, konsep), bentuk (bagaimana kata-kata dihubungkan ke frase / kalimat) dan menggunakan (apa yang anak ingin dapatkan dari menggunakan / nya bahasanya) diperlukan. Oleh karena itu, bahasa terapi berfokus di sekitar mengajar anak apa yang dia butuhkan daripada penggunaan bahasa untuk komunikasi.
Bagi anak yang tidak menggunakan kata-kata, bahasa masih mungkin melalui cara lain. Seorang anak bisa diajarkan untuk menggunakan berbagai cara memanfaatkan kemampuan bahasa mereka untuk menyampaikan makna. Ini mungkin terdiri dari gerak / isyarat mata, kontak, ekspresi wajah, vokalisasi atau manual alat seperti gambar komunikasi / boards / buku.
Oral-keterampilan motorik juga dibahas dalam layanan bahasa-bahasa. Karena struktur yang tepat dan fungsi oral daerah diperlukan untuk berbicara dan produksi suara, intervensi untuk meningkatkan koordinasi, kekuatan, gerakan dan penempatan, lidah rahang bibir, dan pipi (baik internal maupun eksternal) diperlukan.

Apa yang menyebabkan masalah bicara dan bahasa?

bahasa Pembangunan dan gangguan bahasa adalah alasan umum untuk bahasa / masalah bahasa pada anak-anak. Ini adalah belajar cacat yang secara khusus mempengaruhi lima wilayah umum:
•        Spoken language—delays and disorders in listening and speaking        
•        Written language—problems with reading, writing and spelling
•        Arithmetic—trouble doing arithmetic or understanding basic concepts
•        Reasoning—problems organizing and putting together thoughts
•        Memory—problems remembering facts and instructions

C.    Peranan Latihan Bina Wicara

Berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Orang berbicara tidak lepas dari bunyi yang didengar, karena suara atau bunyi yang didengar berusaha untuk dipelajari dengan menirukan kata-kata dari hasil yang didengarnya. Dengan mendengar, maka orang mencoba untuk dapat memperbaiki ucapan dari hasil yang didengarnya untuk menjadi lebih baik sehingga dapat berbicara dengan baik. Pada anak tuna rungu hal ini tidak terjadi karena anak tuna rungu mengalami gangguan atau kelainan pendengaran, sehingga mangalami ganguan pada kemampuan bicaranya. Dengan adanya kelainan pada kemampuan bicara dan mempengaruhi pada kemempuan berkomunikasi, maka anak tuna rungu mengalami gangguan dalam menyatakan pikiran, gagasan, dan pendapatnya pada orang lain karena keterbatasan pendengaran dan batas kemampuan berbicara anak tuna rungu.
Dengan adanya latihan bina wicara maka diharapkan dapat membantu masalah yang dialami anak tuna daksa. Dalam hal ini dengan adanya latihan bina wicara dapat membantu anak tuna daksa untuk mengembalikan fungsi dari organ bicara, sehingga mampu berbicara dan berkomunikasi dengan baik, mengucapkan kata-kata bunyi-bunyi dengan baik sesuai batas maksimal anak. Sehingga dapat dimengerti orang lain yang diajak berkomunikasi oleh anak tuna daksa. Dengan demikian anak tuna daksa merasa tidak terisolir dari kehidupan masyarakat sekitarnya.

D.    Fungsi Bina Wicara

Fungsi dari bina wicara untuk anak tuna daksa adalah membantu mengembangkan kontrol yang lebih baik dari otot-otot rahang dan mulut, yang dapat meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa dan kemampuan makan anak-anak dengan cerebral palsy. Bicara dan terapi bahasa bertujuan untuk membantu klien untuk memanfaatkan maksimal kemampuan komunikasi mereka dalam menuangkan ide dan pemahaman yang diungkapkan oleh orang lain.
Mereka juga membantu mengembangkan metode komunikasi kreatif bagi mereka yang tidak dapat berbicara. Seorang terapis bicara dan bahasa akan bekerja dengan anak Anda pada kemampuan komunikasi. Ini berarti berbicara, menggunakan bahasa isyarat, atau menggunakan alat bantu komunikasi. Anak-anak yang dapat berbicara dapat bekerja dengan terapi bicara untuk membuat bicara mereka lebih jelas, atau pada pembangunan kemampuan bahasa mereka dengan mempelajari kata-kata baru, belajar untuk berbicara dalam kalimat, atau meningkatkan keterampilan mereka mendengarkan. Anak-anak yang tidak bisa bicara dapat belajar bahasa isyarat, atau cara menggunakan peralatan khusus seperti komputer yang benar-benar berbicara untuk mereka.

E.     Alat yang Digunakan dalam Latihan Bina Wicara

Dalam latihan bina wicara diperlukan alat-alat sebagai alat bantu dalam pembelajaran, sehingga dengan alat-alat tersebut diharapkan latihan bina wicara dapat berjalan dengan lancar. Menurut Sardjono (2002: 18) dalam bukunya Pembinaan Kemampuan Bina Wicara, alat yang digunakan dalam latihan bina wicara adalah:

1) Kaca besar
Untuk menyadarkan anak terhadap posisi organ bicara yang kurang  baik, dan mengontrol gerakan muka yang kurang sedap dipandang. Serta untuk memberi contoh mengucapkan kata-kata yang benar.

2) Spatel
Alat untuk membetulkan posisi lidah yang kurang benar.

3) Audiometer
Untuk mengetahui beberapa persen pasien kehilangan pendengaran, untuk mengetahui ketajaman pendengaran anak, telinga mana yang mengalami gangguan kelainan, seberapa baiknya anak mendengar dengan konduksihawa dan tulang, serta untuk mengetahui pada frekuensi berapa suara dapat didengar jelas oleh anak. Hasil audiometer paling obyektif.

4) Hearing aid
Alat untuk membantu anak-anak yang mengalami kurang pendengaran.

5) Tape recorder
Untuk mengontrol hasil-hasil ucapan yang telah diucapkan, juga untuk menyadarkan anak tentang kelainannya, dengan maksud untuk dapat memperbaiki sendiri dengan bimbingan seorang therapist.

6) Segala macam permainan anak, antara lain:
a)      Balon, untuk latihan meniup dan menguatkan daya hembusan.
b)      Lilin, juga untuk latihan meniup dan menguatkan otot perut.
c)      Miniatur alat-alat rumah tangga untuk merangsang keaktifan berbicara, dan untuk stimulasi bicara dan untuk menggerakkan kemampuan bicaranya.
d)     Kartu nama, gambar-gambar sederhana dan mudah dikenal ciri-ciri khasnya
e)      Mainan lainnyayang disukai oleh anak-anak, misal: mobil-mobilan, kereta api, kapal terbang, dan sebagainya.
Peralatan tersebut tidak harus ada, karena membutuhkan biaya yang banyak. Kita dapat mencari dan menggunakan peralatan sederhana yang mudah didapatkan dengan harga terjangkau.

F.     Unsur Pengajaran bina wicara

1. Segi komunikasi
2. Segi pelambangan
3. Segi teknik wicara meliputi irama (aksen melodis, temporal, dinamis), tempo, dan artikulasi (pembentukan ucapan)

G.    Materi Pengajaran bina wicara

1.       Latihan Prawicara

a)      Latihan keterarahwajahan
b)      Latihan keterarahsuaraan
c)      Latihan pelemasan organ wicara (bibir, lidah, dan rahang)
d)     Latihan pernafasan (meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan, menghirup dan menghembuskan melalui hidung)
e)      Latihan pembentukan suara (menyadarkan anak untuk bersuara, merasakan getaran pada dada guru, menirukan ucapan guru sambil meraba dada, melafalkan vokal bersuara, meraba sambil merasakan getaran)

Pembentukan fone
embetulan, penyadaran irama/akse
gembangan

H.    Metode dan Teknik Pelayanan
                               
Terapis bina wicara menilai dan bekerja dengan orang-orang dari segala usia yang mengalami kesulitan dengan: ucapan mereka, pemahaman yang diucapkan dan / atau bahasa tertulis, menggunakan bahasa dan makan dan minum masalah dan masalah makan pada bayi dan anak-anak. Terapis Bicara dan bahasa biasanya bekerja di klinik, pusat kesehatan, sekolah dan rumah sakit sebagai bagian dari tim multi-disiplin. Dimana klien (dewasa atau anak) mengalami kesulitan parah dalam mengekspresikan diri, ahli terapi bicara dan bahasa dapat memperkenalkan alat bantu komunikasi yang baik dapat meningkatkan atau mengganti bicara.
Berbicara masalah yang berhubungan dengan cerebral palsy terkait dengan kontrol pernapasan yang buruk sebagai akibat dari kelemahan otot, disfungsi laring dan langit-langit lunak, dan gangguan artikulasi yang dihasilkan dari gerakan yang tidak tepat struktur oral-wajah. Insiden dysarthria (Kesulitan dalam mengartikulasikan kata-kata karena stres emosional atau kelumpuhan, ketiadaan, atau kekejangan otot-otot yang digunakan dalam berbicara.) Bervariasi sehubungan dengan jenis dan tingkat kerusakan motor. gangguan komunikasi lainnya (misalnya, gangguan pendengaran, keterlambatan atau gangguan bahasa) juga dapat dikaitkan dengan cerebral palsy.
Bicara dan bahasa terapis juga mungkin terlibat sangat awal jika anak memiliki makan, minum atau menelan masalah. Jika berbicara sulit, atau jika ada masalah lain dengan bahasa, terapis bicara dan bahasa akan bekerja untuk melaksanakan program untuk mengatasi kesulitan tertentu.
Beberapa anak dengan cerebral palsy telah menunda bahasa karena mereka mungkin tidak dapat bermain dan mengeksplorasi seperti anak-anak non-cacat. Ketidakmampuan untuk dipahami dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak, terutama jika orangtua tidak meluangkan waktu tambahan yang dibutuhkan untuk memahami usaha anak-anak mereka pada bicara. Bicara dan terapis bahasa akan bekerja dengan guru, terapis okupasi dan orang tua untuk mendorong kegiatan belajar sesuai.
Bicara dan bahasa terapis juga dapat menyediakan perangkat komunikasi, yang membantu anak yang mengalami masalah besar dengan bahasa atau bicara. Penggunaan bahasa isyarat, bicara simbol atau alat bantu komunikasi yang sering akan mengurangi frustrasi bahwa pengalaman individu karena tidak mampu berkomunikasi keinginan mereka dan keinginan.
Anak-anak dapat mengambil manfaat dari papan gambar atau alat komunikasi lain yang memungkinkan mereka untuk menunjukkan untuk membuat keinginan mereka diketahui. Untuk anak-anak usia sekolah atau orang tua dengan CP, ada sejumlah besar perangkat komunikasi augmentatif, termasuk program steno mengetik dan perangkat bicara yang dibantu komputer. Seorang terapis bicara bahasa bisa memberikan nasihat berharga pada jenis peralatan yang tersedia.
Orang tua sering memiliki kesalahpahaman tentang komunikasi augmentatif (misalnya, bicara Lisan dan kemampuan bahasa tidak akan lagi menjadi bagian dari program terapi Komunikasi''. Bantu''atau perangkat akan menggantikan yang sudah ada kemampuan komunikasi lisan. Orang tua takut bahwa mesin akan membuat pengguna '''malas, dan itu / ia akan bergantung sepenuhnya pada mesin untuk berkomunikasi.). Karena kesalahpahaman, orang tua mungkin enggan untuk menyetujui untuk memiliki anak mereka belajar tambahan bentuk komunikasi.
Untuk mengurangi beberapa mitos ini, berpikir tentang kesejajaran antara komunikasi augmentatif digunakan oleh komunikator yang khas dan individu dengan gangguan komunikasi: banyak orang yang menggunakan pesan suara ditempelkan untuk menyampaikan informasi (misalnya, telepon jawaban); bahwa bisnis pria dan wanita menggunakan template untuk pesan tertulis yang sering dikirim, dan bahwa driver relay pada rambu-rambu jalan dengan simbol gambar untuk menyampaikan makna. perangkat komunikasi augmentatif dapat memiliki ditempel pesan suara untuk menyampaikan informasi (misalnya,''Halo Bagaimana Anda ?''); hari ini bahwa template dengan kosa kata kursus-khusus (misalnya, ilmu:. gelas, burner, pengamatan) dapat dikembangkan dan digunakan untuk menyelesaikan tugas kelas dan pekerjaan rumah, dan simbol gambar yang dapat digunakan untuk menyampaikan kata-tunggal atau lengkap-kalimat (misalnya, gambar hitam & putih burner sarana untuk tempat gelas pada kompor dan panas substansi).
Dalam teknik pelayanan pada gangguan komunikasi, guru dapat mempergunakan salah satu atau kombinasi beberapa metode dan teknik sebagai berikut:

1. Metode Simulasi. Metode ini dilakukan berdasarkan prinsip pengamatan terhadap suatu rangsangan secara terpadu melalui sensory yang dimiliki seseorang dengan memperbaiki “konsep perilaku komunikasi yang salah”. Metode stimulasi ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis :

a) Metode Stimulasi visual
b) Metode Stimulasi Auditoris

2. Metode Phonetic-placement. Metode ini selalu menuntut anak dengan gangguan komunikasi untuk “memperhatikan” gerakan posisi organ bicara atau alat komunikasi yang lainnya sehingga mampu mengendalikan pergerakan organ bicara.

3. Metode Moto-kinestetic. Disebut juga metode manipulasi. Guru melakukan manipulasi langsung kepada otot-otot organ bicara atau organ komunikasi yang dipandang perlu.Pemberian manipulasi melalui alat misalnya jati, spatel, kuas khusus atau alat-alat lainnya.

4. Metode Psiko-edukatif. Melalui teknik play-therapy, role playing, dramatisasi, atau metode-metode lainnya

5. Metode Compensatory Pattern. Metode ini akan diberikan kepada anak bila sudah
tidak mungkin lagi melakukan perilaku yang lain.

I.       Sarana dan Prasarana Latihan

Sarana fisik meliputi ruang latihan, peralatan yang digunakan yang terdiri dari alat-alat elektronik, atau non elektronik. Yang dimaksud alat-alat elektronik adalah segala peralatan yang digunakan dengan memanfaatkan modalitas elektronik. Namun alat-alat elektronik bukan satu-satunya yang menentukan keberhasilan dalam latihan. Alat-alat dimaksud akan lebih baik apabila para pelaksana terlebih dahulu mengenal, dan mempunyai kemampuan mengoperasikan alat-alat dimaksud.
J.  Terapi Wicara Anak Cerebral Palsy
Program terapi wicara (speech therapy) adalah program yang diarahkan untuk melatih secara khusus pada anak-anak cerebral palsy dengan berbagai jenisnya. Program ini disususn secara sistematis dan dibuat sesuai dengan problem-problem yang ada pada anak cerebral palsy. Program khusus terapi wicara (speech therapy) pada anak Cerebral palsy dibagi menjadi dua :
a)      Program untuk pre speech
a.       Basic Speech Therapy
Program ini sebagai dasar untuk latihan terapi wicara.
Program lathan untuk bisa makan sendiri dengan pola gerakan makan yang normal. Latihan makan ini termasuk latihan menghisap, mengunyah dan menelan.
(1)   Latihan-latihan sebelum makan :
(i)     Menutup mulut dan menelan dengan gosokan pada alveolar
(ii)   Gosokan pada Palatum
(iii) Gosokan Pada Lidah
(iv) Merapatka bibir
(2)   Latihan untuk makan
(i)     Menaruh makanan ditengah sendok teh
(ii)   Selagi sendok itu masuk ke mulut, kemudian ditekan kebawah kuat-kuat diatas lidah bagian bawah.
(iii) Tunggu sampai rahang dan bibir mulai menutup, kemudian dengn pelan-pelan sentuh sendok itu untuk membiarkan makanan pindah kemulut dengan bibirnya bukan dengan giginya.
(iv) Rahang dan bibir ditutup erat-erat dengan jari. Satukan bibir atas agar menempel dengan bawahnya. Kemudian membantu gerakan mengunyah dan merangsang gerakan berputar dibawah dagu. Mengunyah dapat  dibantu dengan gerakan rahang yang diputar secara pasif sambil mengatupkan / menutup kedua bibir.
(v)   Proses tersebut diatas diulangi setiap sendok yang diusapkan kemudian usahakan agar latihan tersebut tanpa bantuan dan rangsangan sewaktu makanan itu masuk kemulut
(3)   Latihan untuk minum
(i)     Menggunakan gelas plastik yang lebar
(ii)   Taruh gelas diatas bibir bawah anak dan segera diteruskan dengan menutup bibir atas. Cara ini dirangsang dengan membiarkan air mengalir kemulut.
(iii) Membiarkan anak minum dari gelas, pegang rahangnya untuk menutup dan diberi stimulus untuk menelan dengan gerakan putar dibawah dagu. Apabila anak belum mampu memegang gelas, dapat dibantu dengan menggunakan sendok dengan menaruh air disendok, sementara gelas diperkenalkan sampai anak bisa memegang.
            Latihan-latihan diatas perlu bagi anak cerebral palsy, agar supaya mempunyai gerakan-gerakan mulut yang primer untuk bisa digunakan untuk gerakan organ artikulasi dalam bicara.
b.      Latihan Persepsi
Latihan persepsi terdiri dari latihan menyamakan, membedakan, mensortir, menyusun bentuk dan warna.

c.       Latihan gerakan organ artikulasi dengan posisi-posisi yang benar. Latihan ini dilakukan dengan bantuan ahli, untuk mendapatkan posisi mulut yang normal dan membuat posisi mulut serileks mungkin. Latihan ini untuk memproduksi suara yang normal, merangsang refleks mengunyah dan mengurangi keluarnya air liur (ngiler)

d.      Latihan Pernafasan
Latihan ini sangat perlu sebab anak cerebral palsy mengalami problem dalam pernafasan.
(i)     Latihan mengambil nafas dalam-dalam.
(ii)   Latihan rhytme pernafasan
(iii) Latihan mengatur gerakan mengambil nafas (exhalasi) yang panjang
(iv) Melatih pergerakan dalam bernafas. Memperhatikan diafragma, perut dan dada.
(v)   Mencegah atau mengurangi adanya gerakan otot-otot yang tidak bisa dikendalikan dalam pernafasan.
(vi) Menarik nafas mengucapkan ”satu, dua, tiga”- istirahat, lakukan secara bertahap dan berkelanjutan sampai beberapa angka bisa disebutkan dalam satu kali tarikan nafas dalam-dalam.
Latihan pernafasan ini bisa dilakukan dengan cara-cara lain, yang sesuai dengan tujuan latihan agar anak cerebral palsy mampu bernafas dengan sempurna untuk dapat memproduksi suara dengan baik.

e. Latihan Bahasa
Latiahan bahasa ini bertujuan agar anak mampu menerima dan menangkap, mengerti pembicaraan orang lain. Latihan ini memerlukan waktu yang lama dn berulang-ulang agar latihan bahasa dapat berhasil. Tujuan dari latihan ini menyiapkan anak agar dapat berbahasa dengan baik. Seseorang pada masa perkembangn bahasa terlebih dahulu harus mendapatkan pembentukan konsepm hal ini dapat disebabkan mendengarka suara yang sama secara berulang-ulang dan seterusnya secara verbal sampai akhirnya dapat diucapkan.

b)     Program Khusus untuk Latihan Bicara
      Program khusus untuk latihan bicara anak cerebral palsy ditunjukan untuk masing-masing anak cerebral palsy. Setiap anak cerebral palsy mempunyai masalah yang berbeda dan derajat ketunaannya pun berbeda. Satu dengan yang lain tidak sama. Oleh karena itu diperlukan pendekatan dan penanganan yang berbeda. Program khusus ini harus disesuaikan dengan problem dan derajat ketunaan dari tiap-tiap anak cerebral palsy. Dalam latihan perlu diingat adanya problem pernafasan anak cerebral palsy yang terbaik (reversed-breathing). Maka latihan yang pertama-tama adalah mengusahakan koordinasi antara dada diafragma dan perut bisa bekerja dengan baik. Therapist bisa membantu agar kerja otot-otot yang perlu, dapat dirangsang untuk berkonsentrasi dan yang perlu dirileksasikan dapat direlaksikan.
      Hal yang penting agar anak bisa mengambil nafas (inhalasi) dalam-dalam dan bisa mengatur kepanjangan mengeluarkan nafas (exhalasi) yang kemudian digunakan untuk menghasilkan bunyi atau suara (phonasi).
                        a.   Latihan Artikulasi
                              Latihan artikulasi adalah sangat penting bagi anak cerebral palsy, baik latihan organ-organnya, maupun koordinasi antara gerakan-gerakan organ artikulasi. Latihan artikulasi melatih gerak dari organ artikulasi seperti gerak lidah, bibir, rahang, velum dan lain-lain. Melatih produk bunyi bahasa dimulai dari produk bunyi bahasa yang paling mudah.
                              -P- -B- -M- -T- -D- -N- -K- -G- -NG- -C- -J- -NY- -H- -S- -SY- -Y-
                              -R- -L- -KH- didahului dengan suara vowel yang lebbih mudah.
(1)   Bibir
(i)              Menarik bibir kedepan dengan posisi vowel ”O”, dan kemudian bibir ditarik kebelakang untuk posisis ”I”
(ii)            Menarik susdut bibir kebelakang.
(iii)          Mengatupkan kedua bibir rapat-rapat.
(iv)          Menaikkan ujung lidah.
(v)            Menjulurkan lidah dn menggerakkan dari sisi yang kiri ke yang kanan
(vi)          Mengucapkan T T T T dngan tepat
(vii)        Mengucapkan L L L L dengan tepat
(viii)      Melatihkan gerakan diadochokinestis dengan fonem-fonem ”p” untuk menutup bibir, ”t” untuk menaikkan ujung lidah, ”k” untuk menggerakkan dari lidah bagian belakang.
(2)   Langit-langit lunak (soft palate)
(i)              Mengembangkan soft palate ketika menguap.
(ii)            Mengucapkan ”m, ”b”, ”m, b”.
(iii)          Mengucapkan ”n, d”, ”n, d”, ”ng.g”
(iv)          Mengucapkan kata-kata yang memberikan tekanan pada fonem yang terakhir
(3)   Rahang
(i)              Menggerakkan rahang bawah kekiri dan kekanan dengan gerakan pelan-pelan
(ii)            Mengatupkan rahang dan membuka mulut dengan rahang ditarik dan membuka mulut dengan rahang ditarik kebawah seperti gerakan-gerakan mengunyah makanan.
(iii)          Gerakan rahang berputar seperti gerakan sewaktu mengunyah.

b.         Latihan Babbling (babble rhytme)
Dengan suara nada yang bagus disesuaikan dengan kemampuan bernafas –p-, -b-, -d-, -k-, -g-, -u-, -s-.
c.       Latihan Kata-kata
Menggunakan kata-kata dalam daftar kata untuk mengetahui fonem-fonem yang tidak bisa diproduksi dengan benar, baik dalam pemeriksaan pendahuluan maupun dalam pemeriksaan penelitian.

d.      Menggunakan kalimat
Menggunakan kalimat untuk mengetahui kemampuan anak dalam menguasai fonem-fonem yang telah dilatihkan.

e.       Latihan Percakapan (conversation)
Latihan percakapan dilakukan untuk agar supaya anak cerebral palsy dapat bicara spontan dengan menggunakan fonem-fonem yang sudah dilatihkan. Latihan ini merupakan tahap stabilitasi, baik mengenai fonem maupun kemampuan berbahasa yang diberikan pada berbagai posisi, posisi duduk, berdiri, berjalan, tidur, dan semua posisi dimana anak berada.

1 komentar:

  1. Postingan ini bagus, cuma harus mencantumkan sumber referensi tulisan darimana. agar tulisan ini valid. terima kasih

    BalasHapus